Rabu, 20 Mei 2015

Angel Eyes Chapter 5

Penulis : Angga Setiawan




DEBARAN HATI? AKAN SEMAKIN TERASA SAAT TELINGA TAK MENDENGAR

RS Alameda Country. California, Amerika Serikat.

“Hani, apa yang kamu rasakan sekarang? Buka perlahan lahan kelopak mata kamu” ujar dokter.
Hani mulai membuka matanya sedikit demi sedikit. “Gelap dok, masih gelap”. Ujar Hani yang sedikit tegang.

“Ayo coba lagi, buka perlahan lahan”, dengan penuh semangat ia memberi semangat untuk Hani. Terlihat Ayahnya yang berdiri di samping dokter sedikit merasakan panik, karena ia sedikit takut jika terjadi kesalahan saat operasi.

“Ayah, itu Ayah kan?” ujar Hani dengan menyodorkan tangannya kepada ayahnya.
“Hani, kamu bisa melihat ayah? Sambil memegang tangan Hani. Hani yang menganggukan perkataan ayahnya mengeluarkan air mata. “Ayah hani bisa melihat lagi” sambil memeluk ayahnya. Terlihat ayahnya juga mengeluarkan air mata. Dokter hanya tersenyum melihat Ayah dan anak yang begitu bahagia, “Hani istirahat yang cukup ya, besok kalau kondisi kamu stabil kamu sudah bisa jalan jalan” ujar dokter yang melangkahkan kakinya keluar. “Tunggu dok” Ucap Ayahnya sambil mengikutinya keluar.

“Iya kenapa?”, tanyanya. “Terimakasih dok, sudah mempercayai Hani untuk bisa melihat lagi” ujar Ayah Hani. “Ah tidak apa apa, Hani pantas untuk menerima donor itu”.

Kalau saya boleh tau? Siapa pendonor kornea itu?” Tanya ayah Hani. “Oh iya, saya lupa memberitahunya, mari keruangan saya.

Mereka berduapun pergi ke ruangan Dokter Steve, Ayah Hani yang berjalan dengan wajah yang terus tersenyum seperti merasakan sesuatu yang sangat membuatnya merasa bahagia. Setelah sampai dokter steve mempersilahkan duduk kepada ayah Hani.

“Sebenarnya, kornea itu berasal dari Indonesia. Saat malam sebelum saya menghubungi anda terjadi kecelakaan lalu lintas, seorang wanita bernama Angel berumur sekitar lebih 2 tahun dari Hani terluka parah, ia meninggal saat dalam perjalanan menuju Rumah sakit, ketika seluruh anggota tubuhnya mengalami luka parah anehnya pada bagian mata sama sekali tidak mengalami cedera dan sangat baik untuk di donorkan, karena orang tuanya menetap di sini, mereka ingin memakamkan Angel di sini, orang tua Angel mempercayai Kornea mata Angel pada rumah sakit kami”.

“Oh, jadi seperti itu. Sekali lagi saya sangat berterima kasih dok” ujar Ayah Hani, Setelah itu Ayah Hani kembali ke kamar rawat hani dengan hati yang sangat bahagia.
*
“kamu masih belum bisa move on Sam dari cinta pertama yang gak jelas itu” ujar Nina salah satu perawat di rumah sakit sambil melihat Hans yang terlihat sedikit murung. Hans seperti tidak memperdulikan perkataan orang, ia percaya bahwa Hani akan menemuinya nanti sesuai janji dalam suratnya itu.

Hari demi hari ia lewati tanpa ada kabar sedikitpun dari Hani, tetapi ia tetap bertahan dengan hatinya itu. Melihat nama Hani di jendela yang tidak pernah ia hapus sedikit membuat ia tersenyum, senyuman pertama hani yang selalu membuat hatinya berdebar tak pernah terlupakan dalam benaknya, Hani benar benar sudah membuat dokter seperti dokter Hans terlihat gila. Surat dari hani yang selalu ia bawa kemanapun dan di baca terus berulang ulang bahkan kalimat terakhir dalam surat itu selalu hadir dalam mimpinya, “Hani aku juga sangat mencintaimu” Ujar hans dalam hati.
**
Beberapa bulan kemudian...
29, Desember, 2014, Hampir satu tahun Hani menggalkan Hans tanpa memberi sedikitpun kabar. Janji yang ia ucapkan dalam surat itu mulai di ragukan Hans, tulisan nama Hani dijendelanya pun sudah menghilang dengan sedirinya. Hans yang masih terlihat tabah tetapi dalam dirinya benar benar hancur mulai membukakan hatinya kepada orang lain untuk memasuki nya, namun ketika hatinya di paksakan untuk terbuka kepada orang lain rasa sakitlah yang ia rasakan, tanpa merasakan debaran dalam hati nya Hans hanya melampiaskan rasa sakitnya kepada wanita wanita yang menyukainya ia sangat sadar bahwa itu salah, tetapi apa boleh buat ia sendiri sudah tidak mampu menahan rasa rindu yang menyatu dengan rasa sakit itu.

Ketika dokter sedang berjalan di sekitar rumah sakit dengan telinga yang ia tutupi dengan Earphone dan mata yang terus melihat arah buku yang ia pegang tiba tiba hatinya berdebar begitu kencang, sangatlah sama seperti ia rasakan bersama Hani dulu, iapun menengok kebelakang terlihat seorang wanita berambut panjang tubuhnya sangat mirip seperti hani. walaupun melihatnya dari belakang ia yakin itu pasti adalah Hani. “Hani” ujarnya pelan, wanita itu terus melangkahkan kakinya sampai sampai seperti tidak mendengar perkataan Hans, saat Hans mau mengejar wanita itu tiba tiba. “Dok, ada passien kecelakaan, sekarang ada di UGD mari kesana dok”. Melihat sekali lagi ke arah wanita itu ia langsung lari “Ayo, selamatkan passien itu” ujar dokter Hans terburu buru.

“Permisi sus?” ucapnya menghampiri perawat itu, “iya, ada yang bisa saya bantu” seperti biasanya perawat selalu mengucapkannya dengan nada yang lembut. “Oh iya, apakah disini ada dokter yang bernama Hans?” Tanya hani

“Maaf, sepertinya disini tidak ada dokter yang bernama Hans, permisi” jawab suster itu lalu meninggalkan Hani.

Mendengar ucapan dari perawat itu seolah olah bencana sedang terjadi, Hani yang sudah mempersiapkan segalanya untuk bertemu Hans kandas, rasa bersalah karena telah pergi sebelumnya dan hanya meninggal selembar surat terus berputar di dalam benaknya.

 Langit bersinar terang siang ini, Hani yang sedikit bahagia karena bisa melihat silaunya matahari membuat ia teringat dengan kegelapan yang pernah ia alami, ia bersyukur karena tuhan masih memberinya kesempatan untuk bisa menyaksikan betapa indahnya ciptaan tuhan.
*
“Dokter Hans? Ucap seseorang yang berlari ke arahnya, “Rammon” ujar dokter Hans yang melihat kearahnya, Rammon yang menghampiri hans kemudian ia memeluknya “Lama tidak bertemu Hans” ujarnya.

Rammon adalah sahabat Hans saat masih sekolah SMA, ia termasuk salah satu temannya yang sangat pintar tetapi karena sifatnya yang pemalas ia tersaingi oleh Hans.

“Iya, loh? Kamu sedang apa disini, apa ada keluarga kamu yang di rawat disini?” Tanya Hans, “ia Hans, nenek saya pingsan jadi saya bawa kerumah sakit, oh iya kenapa ya Hans? Saat saya bertanya tadi kesalah satu seorang perawat disini menanyakan dokter Hans tidak ada yang mengenalnya” tanyanya heran. “oh itu, saat pengrekrutan karyawan baru disini, orang orang mulai memanggil saya dengan sebutan dokter Sam, Hanung Samtiago.

“oh, ternyata itu sebabnya mereka tidak mengenali dokter Hans” ujar nya yang sambil berjalan bersama dokter Hans. “oh iya Hans, tadi saat aku dari Toilet ada seorang perempuan yang juga menanyakan dokter Hans”. Ujarnya lagi

“Benarkah?” kata kata yang ia ucapkan dengan nada terkejut, apakah itu Hani? Pikiran kecil dengan penuh beharap bahwa itu adalah Hani. “Apakah ia masih ada di sekitar sini, terus ciri cirinya seperti apa” Tanya Hans

“Mungkin saja, karena belum lama saya melihatnya. Hm, orangnya cantik, rambutnya panjang, putih pokoknya top” ujarnya. Hans yang mulai yakin bahwa itu adalah Hani, lalu ia memegang pundak Rammon dengan kedua tangannya ia berkata “Sebentar ya” ujarnya yang kemudian lari
“Hei, semangat” teriak Rammon yang sepertinya mengerti kondisi Hans.

Ujung dari ujung telah ia telusuri ternyata tidak ada tanda tanda bahwa Hani ada di sekitar sini, apakah Hani sudah pergi dari sini? Dengan memegang kepalanya dengan kedua tangan yang sesekali ia gesekan, ia benar benar berharap bahwa itu adalah Hani.



0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Blogroll

Back to Top

Popular Posts