Senin, 25 September 2017

Sesuai tema hari ini, sedikit curhatan tentang diri saya. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dari kecil apapun yang saya inginkan selalu dituruti oleh kedua orang tua, walaupun saya dari keluarga sederhana. Mungkin itu salah satu alasan sampai saat ini saya tidak bisa jauh dari mereka.

Saat saya masuk pondok pesantren waktu Smp, itu adalah pengalaman berharga sekaligus pahit bagi saya. Kenapa ? Karena saya hanya sanggup selama kurang lebih 6 bulan. Sebenarnya malu untuk menceritakan ini, tetapi sampai saat ini saya tidak pernah bisa melupakan kenangan kenangan waktu masih di pondok dulu.

Sekarang saya sangat menyesal, kenapa saya dulu tidak bisa. Minimal harus sampai lulus Smp. Mungkin karena saya adalah seorang introvert, jadi orang orang selalu menganggap saya sombong dan tidak ada yang mau berteman dengan saya.

Sebenarnya saya waktu itu merasa kuat, mungkin karena dulu saya belum bisa berpikir dengan hati hati. Jadi apapun yang saya pikirkan saya lakukan. Dan setelah benar benar pindah sekolah saya baru menyadari akan hal tersebut.

Umur saya saat ini menginjak 19 tahun. Hidup di daerah perindustrian, kota cikarang. Kota dimana tempatnya para pendatang mencari nafkah. Dari jawa tengah, jawa timur, hingga kalimantan. Mereka berbondong bondong mencari pekerjaan di daerah ini.

Awalnya saya tidak merasa risih ataupun khawatir. Tetapi semakin hari semakin banyak para pendatang baru. Saya tidak bermaksud ingin melarang mereka untuk mencari rejeki di kota ini. Tetapi, sebagai pribumi saya merasa sudah tidak di utamakan.

                Saya bingung, kita tinggal di daerah perindustrian tetapi kenapa orang orang di sekitar saya sangat kesulitan mencari pekerjaan. Padahal ijazah yang kami punya tidaklah berbeda, nilai yang kami dapatkan tidak begitu buruk, tetapi kami selalu kalah bersaing dengan para pendatang itu. Dan lebih parahnya lagi ada beberapa perusahaan yang menolak keras warga pribumi.

Entah mulai dari kapan Image warga pribumi menjadi rusak. Warga pribumi selalu di cap cenderung pemalas, tidak mempunyai jiwa pekerja keras, selalu datang terlambat, selalu alasan izin tidak masuk kerja, dll.

Alasan mereka lebih mempercayai para pendatang. Karena para pendatang takut jika dia tidak kerja dia tidak makan, selalu bekerja keras agar bisa membantu perekonomian keluarga di kampung, dll.
Padahal tidak semua warga pribumi seperti itu. Hanya karena ingin membantu perekonomian keluarga, pribumi rela merogoh 3-4 juta untuk bisa masuk kerja. Walaupun tidak semua yang bernasip seperti itu, tetapi menurut saya seharusnya warga pribumilah yang harus diutamakan.

                Saat ini saya kuliah semester 3 Manajemen. Di kelas saya hanya ada 4 orang warga pribumi termasuk saya dari 50 mahasiswa. Sangat miris, Para pendatang itu mereka berkerja dan menginvestasikan diri mereka di perkuliahan. Dari situ saya sangat menerima banyak sekali pelajaran berharga. Dengan gaji yang standar mereka bisa mengatur uang. Mereka tetap mengirimkan kepada keluarga di kampung, mereka tetap bisa kuliah, mereka bisa membayar kontrakan, dll. Sungguh sangat mengejutkan. Mungkin memang benar bahwa warga pribumi sangat tidak mempunyai jiwa kompetitor. Saya tidak tahu 10 tahun kedepan di kota ini akan menjadi seperti apa. Banyak pribumi yang menjadi pengangguran. Semakin banyak industri yang berdiri, semakin banyak juga limbah limbah yang menumpuk di daerah ini. Kita sebagai pribumi hanya bisa gigit jari, hanya bisa menonton.  





Sabtu, 23 September 2017

Penulis : Anggakim


SAAT KEPERCAYAAN TAK LAGI MENJADI SESUATU YANG BERHARGA

Pagi ini hujan turun begitu deras. Melihat sekeliling air nampak sudah membanjiri jalanan. Dengan terpaksa Randy lari kesekolah.

Terlihat Ramon yang sedang duduk melamun. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Orang yang menurut Randy paling jahat sekaligus tidak jelas asal usulnya. Sebab Ramon bukan terlahir dari orang kaya raya tetapi melihat tingkah lakunya yang selalu menghambur hamburkan uang setiap hari untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Entah itu sesuatu yang baik atau kejahatan sekalipun jika dia memintanya orang orang akan dengan senang hati membantunya hanya untuk mendapatkan imbalan, dan entah dari mana Ramon bisa mendapatkan uang itu. dia seperti mempunyai pohon berbuah uang.

Randy berjalan kearahnya walaupun tidak berniat untuk menghampirinya. Sorotan mata tak bisa dia hindarkan. Saat Ramon mulai menatapnya. Dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia menghindar bukan karena dia takut melainkan untuk mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Selama ini dia hanya ingin hidup tenang karena apa yang dia alami di masa lalu selalu membuatnya tertekan. Bahkan jika teringat sedikit saja tentang kejadian itu. Rasanya seperti tak ada alasan baginya untuk melanjutkan hidup.

Randy berdiri bertatapan dengan Ramon yang sedang duduk. Tatapan yang dia lemparkan begitu tajam sehingga emosipun mulai menggebu dari satu sama lain. Saat Ramon mulai menguatkan kedua kakinya untuk berdiri tiba tiba terdengar teriakan dari seseorang.

“Randy…?” ternyata Yui terlihat sedang melambaikan tangan kearah mereka.
 Tanpa ambil tindakan gegabah Randy meninggalkan Ramon dan berjalan kearah Yui sambil melemparkan senyum manis kepadanya. Yui spontan membalas senyuman itu dengan begitu indah membuat orang orang di sekitar yang melihatnya seperti melayang di udara.

 Randy tidak menyangka bahwa Yui mempunyai senyuman yang mematikan itu membuat suatu debaran tak menentu pada uluh hatinya.

“Kenapa bengong?” ujar Yui yang mendekat kearah Randy. “Hm.. nggak,” ujar Randy yang sedikit kaget.  “Ayo?” ujarnya sambil menuntun tangan Randy. “Kemana?” Randy dengan ragu mengikuti langkah kakinya.
    
Setelah sampai di suatu tempat. Randy heran kenapa Yui mengajaknya kesana. ada apa? Kok bisa? Di suasana yang masih gelap akibat mendung dia mengajak Randy ke tempat yang sangat sepi.

Saat lampu dinyalakan terlihat banyak sekali buku yang berserakan dimana mana. “mau ngapain kesini?” Tanya Randy yang heran dengan ajakan Yui yang tak menentu. “oh, tadi aku cari cari buku disini karena gelap. Aku tidak sengaja menjatukan semua buku buku ini. Tugas kita sekarang merapikanya.” Ujar Yui menjelaskan. Dengan wajah imut yang ia berikan berisyarat agar Randy mau membantunya.

Randy tersenyum sambil terus menggelengkan kepala nya “Ada ada saja kamu ini. Ayo cepat kita bereskan sebelum ada orang yang melihatnya.” Sambil mengusap kepala Yui.

Satu demi satu buku mereka susun dengan rapi. Canda tawapun mengiringi mereka sehingga lupa dengan keadaan yang begitu pahit.

“Ayo, kita pergi!” ujar Randy. Karena semua buku sudah tersusun seperti semula. Yui hanya menganggukan kepala tiba tiba “Auuuu.!!” teriak Yui terpeleset.
“Apa kamu baik baik saja?” Tanya Randy. Yui nampak kesakitan sehingga sulit untuk menopang kedua kakinya.

Kemudian Randy jongkok dan mengatakan “Ayo naik!” sambil mempersilahkan punggungnya. Yui hanya tersenyum melihat kebaikan Randy. Entah apa yang dirasakannya. yang jelas debaran itu kini semakin terasa.

Langkah demi langkah mereka lewati. Melihat Yui yang sedang kesakitan dalam gendongan Randy membuat beberapa orang berlarian ke arahnya “Kenapa? ada apa?” pertanyaan pertama yang mereka terima. “Tidak apa apa, saya hanya terpeleset” kata kata yang terus keluar dari mulut Yui menandakan ia menjawab untuk mewakili semua pertanyaan.

Setelah sampai di kelas. Randy memperlakukannya seperti seorang putri kerajaan. Dia menuruti semua yang dimintanya. Padahal Yui sama sekali tidak berniat untuk menjadikan Randy seperti itu. Karena jika Randy terus memperlakukannya seperti ini debaran yang ia rasakan akan semakin terasa.

“Randy, sudah cukup aku baik baik saja.” ujarnya sambil menggerakan kedua kakinya. Yui memalingkan muka dari Randy. melihat dia yang terus tersenyum kepadanya membuat hatinya tidak karuan. “Mau ke kantin?” Tanya Yui menawarkan. “Bukannya sebentar lagi jam masuk kelas?” jawab Randy sekaligus menanyakan.

“Masih lama kok.” Ujarnya sambil melihat jam yang menempel di tangannya. “Aku pengen minum!” ujarnya. “Ya sudah sebentar ya, aku belikan kamu minum. kamu tunggu disini saja.” Randy yang mulai melangkahkan kakinya.

Bell sekolah telah berbunyi menandakan jam pelajaran akan segera dimulai. Yui terus melihat lihat sekitar merasa heran. Kenapa Randy belum juga kembali. Rasa kehawatiranpun muncul dalam benak pikirannya. Apakah Ramon dan teman temannya sedang mengganggunya?

Entah kenapa Yui merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dengan sakit yang masih terasa pada kaki dia mencari Randy.

Entah naluri apa yang dia rasakan. Seperti ada sesuatu yang menarik jiwa dan raganya untuk melangkahkan kaki.

“Randy..!!” teriaknya sambil berlari kearahnya. Terlihat Randy yang sedang duduk lemas dengan penuh luka lebam di wajahnya. “Kenapa?” Tanya Yui dengan penuh cemas. Randy hanya terdiam lalu pergi begitu saja menghiraukan.

 “Randy, Kenapa? apa yang telah terjadi?” teriaknya lagi. Randy tidak merespon sedikitpun. dia berjalan tanpa memikirkan apapun.

Sepertinya Randy ingin mengikuti perkataan dari Ramon bahwa dia harus menjauhi Yui. Karena Ramon menaruh hati pada Yui. Ramon dan teman teman memukuli Randy sampai babak belur sehingga sulit bagi Randy untuk menjelaskam apapun. 

Ingin mengadu tetapi ragu, ingin melawan tapi tidak mungkin. Lalu apa sebenarnya yang harus dia lakukan?

Apakah dia harus benar benar bersikap seperti pengecut. Dengan menjauhi Yui teman satu satunya yang dia punya, teman yang terus mengukir senyum di wajahnya, atau melawan Ramon bersama dengannya. “Tidak, Yui tidak boleh disakiti oleh siapapun. Cukup saya yang menerima penderitaan ini.” ujarnya dalam hati.

Randy pulang dari sekolah tanpa masuk jam pelajaran. Dia meminta izin kepada pihak sekolah. Tanpa pamit kepada Yui diapun pergi. Yui masih tidak percaya dengan apa yang di lakukan Randy terus bertanya tanya ada apa sebenarnya?

*

Langit mendung berubah seketika menjadi cerah. Berbalik dengan apa yang dirasakan Randy. Hatinya yang indah kini telah berubah menjadi kelabu. Rumah yang nampak sepi terlihat olehnya. Entah kemana perginya oma. Satu satunya keluarga yang dia punya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia kehilangan oma. Mungkin tidak ada lagi alasan baginya untuk melanjutkan hidup. 

Selama ini dia hidup dengan penuh kesedihan. Setelah dia dituduh sebagai seorang pembunuh, dan kedua orang tuanya meninggal. Lalu sekarang dia dibuly di sekolahannya. Dia menjalani kehidupan tanpa mempunyai seorang teman. Tetapi kini setelah dia mempunyai seseorang yang bisa dia anggap sebagai teman. Dia malah bersikap seperti pengecut. Harus meninggalkannya karena sesuatu yang dapat membahayakannya.

Luka luka yang masih mewarnai sekitar wajahnya berhasil dia hiraukan. Walaupun rasa sakit itu sangat terasa tetapi dia tahu bahwa kehidupannya jauh lebih menyakitkan dari luka luka ini.

Rasanya sekarang dia ingin sekali melihat Yui. Ingin melihat senyumnya, ingin melihat kekonyolannya. Tetapi memikirkan apa yang dia lakukan kepadanya tadi membuatnya merasa menyesal.

Tuk, tuk, tuk terdengar bunyi ketukan dari pintu. Mungkin oma sudah pulang. Randypun beranjak dan membukakan pintu. “Yui..?” Ternyata Yui yang datang dengan membawa kotak obat.

“Bolehkah saya masuk?” ujar Yui pelan. Randy yang masih kaget sekaligus bahagia hanya menganggukan kepala dan mempersilahkannya masuk. Mereka duduk di ruang tamu dan Yuipun mulai membersikan dan mengobati luka Randy. “Auu.. sakit!” ujar Randy kesatikan. Terlihat Yuipun tersenyum melihat Randy seperti itu. 

“Kenapa?” Tanya Randy heran sambil menikmati senyuman Yui. “Kamu lucu kalau lagi kesakitan.” Ujar Yui yang mulai tertawa. Randypun tersenyum kepadanya lalu mencubit pipinya.

“Auu, sakit tau!” jeritnya. “Tadi kamu kenapa di sekolah? siapa yang sudah buat kamu seperti ini? Nanti akan ku hajar mereka!” Tanyanya sekaligus menguatkan batin Randy. Randy hanya tersenyum melihat Yui berbicara seperti itu. “Hmm tidak, tidak apa kok? Biarkan saja mungkin dengan cara seperti ini mereka bisa mendapatkan kesenangan.” ujar Randy pelan.


“Aissh, aku janji sama kamu. Mulai saat ini aku akan melindungi kamu dari orang berengsek itu. Kamu harus percaya sama aku!” ujar Yui seperti sungguhan.
Randy mengusap kepalanya dengan tangan kanan dan berkata “Benarkah?” ujar Randy dengan memoncongkan mulutnya. Mungkin Yui tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi tetapi dia benar benar bahagia karena dia mengatakan hal itu.

"Oh iya, Bagaimana kamu bisa tahu rumahku?.."

TOBECONTINUED

Jumat, 22 September 2017

Penulis : Angga Setiawan





KETIKA SESEORANG DATANG KEPADAMU, MAKA AKAN ADA SESEORANG YANG PERGI DARIMU


“Randy” teriak Yui, kemudian Randy berhenti dan menoleh kebelakang sambil tersenyum, Yui melihat Randy tersenyum kepadanya sedikit heran, debaran apa yang sedang ia rasakan.  Randypun melanjutkan langkah kakinya.

*

Bell sekolah terdengar, menandakan saatnya waktu pulang terlihat Randy sedang bergegas merapikan ranselnya. Setelah keluar dari sekolah terlihat Yui yang seperti sedang kebingungan.

“Kenapa?” ujar Randy yang menghampirinya, “Oh, kamu Ran, gak papa aku cuma lagi nunggu taksi!” ujarnya.  “Oh, mau pulang bareng?” tanya Randy menawarkan. Yui hanya menganggukan kepala dan melangkahkan kakinya duluan, Randy lari menyeimbangi langkah kakinya lalu ia merangkul pundak nya dan berkata “Awas!” ujarnya melihat motor yang hampir menyerempet Yui. 

Setelah itu Yui menatap Randy begitupun juga Randy, jarak wajah mereka sangat amat dekat hanya sekitar 10 cm sehingga mereka bisa merasakan tarikan nafas yang mereka hirup satu sama lain. Tangan Randy yang masih merangkul pundak Yui mulai ia lepaskan saat Yui memalingkan pandangannya “Maaf!” ujar Randy pelan. Yui yang menyembunyikan senyumnya hanya menganggukan kepala sambil melanjutkan langkah kakinya.

Suasana perjalanan menjadi hampa sejak kejadian itu, suara kendaraan yang sangat bising mulai tak terdengar. angin terasa berjalan menghampiri mereka berdua, lalu seolah olah berhenti ketika mereka saling menatap membuat mata, hati, dan pikiranpun menjadi dingin. Yui memberanikan diri memulai percakapan untuk membunuh suasana yang sunyi itu.

“Randy, aku perhatikan kamu disini seperti tidak punya teman?” ujar Yui yang belum berani menatapnya kembali, “Hm, aku memang tidak mempunyai teman, sejak kejadian itu tidak ada yang berani berteman denganku!” jawabnya sambil menundukan kepala. “Kejadian apa? Kok bisa,” tanyanya lagi. “Panjang ceritanya, mungkin jika kamu tahu kejadian waktu itu, kamu juga tidak akan berani mengajakku berteman.” ujar Randy. 

“Tidak, kata siapa? Seburuk apapun kamu di masa lalu aku tidak akan pernah takut, karena kita sekarang sedang hidup di masa ini bukan masa lalu!”ujar Yui yang sudah mulai berani menatapnya, Randy tersenyum mendengar Yui berkata seperti itu “Sssst jangan senyum, kamu jelek saat tersenyum.”tutur Yui yang lari meninggalkan Randy, “Sialan, Hei tunggu!” teriak Randy yang mengejar Yui.

Suasana sunyi telah terlewati seperti atap gedung yang terbakar, padam seketika karena hujan turun. Yui yang terus tersenyum di sepanjang langkah kakinya seperti merasakan kebahagian yang begitu luar biasa. Tak pernah terpikir olehnya saat masih berada di jepang akan merasakan kebahagiaan seperti ini, saat di negaranya ia bahkan tidak mempunyai teman sama sekali seperti halnya Randy, bahkan lebih buruk darinya. itulah alasan pertama kenapa ia sangat senang karena Randy mau berteman dengannya.

Melihat taman bermain yang tidak jauh dari sekolah mengantarkan langkah kakinya untuk pergi kesana, Randy yang hanya mengikuti Yui dari belakang nampak heran, bisa bisanya orang yang pertama kali ke Indonesia bisa seliar ini dan berbicara non formal.

“Hei, saya tidak percaya kamu baru pertama kali ke Indonesia” Ujar Randy yang lari menghampirinya, Yui yang sudah duduk di ayunan terus meninggikan ayunannya.

“Hm, ini memang bukan pertama kalinya saya kesini,” ujar Yui dengan memejamkan mata, seperti sedang merasakan angin yang membawanya semakin tinggi. 

“Apa? Tadi bu guru bilang kalau kamu baru pertama kali kesini!” Tanya Randy yang juga duduk di ayunan tepat di sampingnya. “Panjang ceritanya, mungkin jika kamu tahu kejadian beberapa tahun yang lalu kamu tidak akan mau berteman denganku!” jawabnya seperti membalikan ucapan yang sudah Randy katakan tadi.

“Hm, lebih baik kita saling tidak mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu kita, karena kita sedang hidup di masa ini.” ujar Randy yang berdiri menghentikan ayunannya.

“Yui.....!!!” teriak seorang perempuan yang baru keluar dari mobil memakai baju serba putih dengan shall berwarna hitam menyelimuti lehernya, dia seperti ibunya Yui. “Yui itu siapa?” Tanya Randy.

Yuipun menghentikan ayunannya dan berkata “Itu ibuku, ayo kita pulang bersama,” ujarnya menawarkan, “Tidak, terimakasih, rumahku tidak jauh dari sini.” jawab Randy yang masih belum melepaskan pandangannya dari Ibunya itu.

Yuipun lari kearah ibunya dan berkata “Ran saya duluan.” ujarnya, Randy hanya menganggukan kepala sambil melambaikan tangan kearahnya yang sesekali tersenyum.

Setelah masuk kedalam mobil nampak Yui yang melambaikan tangannya di balik kaca. Mobil sedan berwarna putih dengan penuh stiker helo kiti melaju dengan perlahan, seperti lambaian tangan Yui yang mulai ia hentikan. Randy yang masih tersenyum melihat mobil yang semakin melaju merasakan kebahagiaan. Mungkinkah ia akan mulai bersahabat lagi dengan seseorang. Karena sejak kejadian itu tidak sedikitpun terlintas dibenaknya bahwa ia akan mempunyai seorang teman.

*

Malam ini angin melaju sangat kencang seperti mampu menerobos masuk kedalam kelopak mata hingga membuat butir butir air mata bertetesan. Bulan yang terlihat jelas tergantung di langit seperti kesepian walaupun beribu ribu bintang bertebaran tepat di sampingnya. Dia selalu merasa sendirian karena bintang sesungguhnya tidak nyata, itu hanyalah kilauan cahaya dari jauh dan entah dari mana. Seperti halnya Ramon dia tidak menganggap orang orang yang berada di sekitarnya adalah teman, walaupun banyak orang yang selalu di sampingnya dia hanya menganggap orang orang itu seperti remeh yang menempel setelah ia makan, lalu ia buang ketika mengetahuinya.

Sejak Dimas ditahan akibat membunuh seseorang Ramon tidak mau berteman dengan siapapun. Ramon mengetahui dengan jelas detik detik ketika Dimas ditangkap, bahkan ia juga mengetahui kenapa Dimas bisa melakukan itu.

Pesan dari Dimas yang paling ia ingat bahwa ia harus melakukan sesuatu untuknya yaitu harus merahasiakan kepada siapapun bahwa ia akan di penjara, sementara itu ia juga meminta untuk menjadikan Randy sebagai kambing hitam dalam peristiwa tersebut.

Kejadian itulah yang membuat Ramon sangat membenci Randy sebab menurutnya Randylah yang membuat Dimas ditahan, padahal dia tidak sadar bahwa kelakuan mereka berdua sudah menghancurkan sebuah keluarga.

Ramon sebenarnya adalah anak yang baik, walaupun sudah ditinggalkan ayahnya sejak kecil akibat perceraian orang tuanya, dia cukup sabar menjalani hidup hanya dengan seorang ibu. Ibunya adalah seorang muslimah cerdas walaupun sudah berumur tetapi dia terus membagikan ilmunya dalam pengajian yang ia bimbing.

Dari anak kecil, Remaja, sampai ibu ibu dengan senantiasa ia membagikan ilmunya tersebut tanpa meminta imbalan sepeserpun. dari pengajian setiap hari sampai seminggu sekali berhasil ia lakoni dengan baik. Sementara itu ia mengais rejeki dengan menjadi guru sekolah dasar di daerahnya. Walaupun banyak lelaki yang ingin menjadikannya seorang istri sekaligus bapak bagi Ramon tetapi ia selalu mengatakan "tidak!" karena tidak ingin membuat Ramon merasa tersisih dengan terbaginya perhatian yang ia berikan, bagi dia Ramon adalah segalanya.

Sejak menjadi sahabat Dimas sikap Ramon menjadi sedikit acuh kepada ibunya, ia bahkan selalu pulang larut malam dan sesekali membentak ibunya karena tidak bisa memberi uang saku sesuai yang dia inginkan.

Entah apa yang telah dilakukan Dimas kepadanya sehingga bisa membuat Ramon menjadi seperti prajurit yang siap membela apapun yang terjadi di kerajaanya. Ramon mengetahui bahwa Dimas membunuh orang itu karena dia telah menjadi korban. Orang itu secara tidak langsung telah membunuh ayahnya karena peristiwa 1 tahun yang lalu, orang itu menipu keluarga Dimas sehingga membuat ayahnya sakit keras karena hancurnya perusahaan yang ia kelola dan yang tidak disangka orang itu adalah kaki tangan ayahnya Randy.

Walaupun dalam sel jeruji Dimas tetap bahagia karena mengetahui kedua orang tua Randy telah meninggal karena kecelakaan. Saat ini dia mulai bisa bernafas lega tetapi rasa dendam terhadap Randy terus terukir di dalam benaknya.

Sejak ibunya menikah lagi Dimas tidak pernah menemuinya lagi, ia hidup dengan uang yang di transfer ibunya setiap bulan.

Dia sama sekali tidak menyesali apa yang telah ia perbuat, bahkan itu adalah impiannya dan tujuan kenapa ia harus tetap melanjutkan hidup. Dengan memanfaatkan kesetian Ramon dia merencanakan satu demi satu sehingga terbuatnya suatu bendungan yang dimana target tidak akan pernah bisa melewati perangkap yang telah terpasang.

*

Bunyi alampun terdengar, suara ayam berkokok begitu nyaring terdengar bising. Matahari yang tergantung di langit sedikit tak terlihat karena tertutupi awan hitam. Randy yang terus teringat kedua orang tuanya membuat butiran air terus keluar dari kelopak matanya.

jika hantu benar benar nyata mungkin ia ingin bertemu dengan mereka walaupun dalam wujud makhluk astral. Tetes demi tetes air hujan turun ke bumi mengiringi kesedihan Randy yang berlarut.

Setelah pamit kepada neneknya ia bergegas melangkahkan kakinya kesekolah. Dengan Payung kecil berwarna hitam berhasil mengiringi dalam perjalanannya.

TOBECONTINUED

Kamis, 21 September 2017

Penulis : Anggakim



SAHABAT? SEORANG TEMAN YANG MENYEDIHKAN

“Ran, apa yang sudah lo lakuin? Dia bisa mati,” Dimas yang melihat Randy dengan tangan penuh darah di depan orang yang sedang sekarat. “Bukan, bukan gue Dim” ujar Randy yang terus menggelengkan kepala “Lo sahabat gue, lo percaya kan gue nggak mungkin ngelakuin itu!” tutur Randy.

Dimas yang sebenarnya mengetahui apa yang telah terjadi terus memojokkan Randy, tiba tiba polisi datang “Ran lari!” ujar Dimas, Randy yang sangat ketakutan melarikan diri.

Dimas tersenyum kecil melihat itu, karena ia tahu bahwa polisi akan mengejarnya. “Apa yang telah terjadi?” Tanya seorang polisi kepada Dimas.
“Saya tidak tahu, saat saya kemari orang itu lari begitu saja.” ujar Dimas yang seolah olah tidak mengenal Randy. Mereka membawa mayat itu, karena darah terus mengalir dari tubuh korban, Polisi mengizinkan Dimas untuk pulang kerumahnya ia hanya diberikan surat untuk menjadi saksi pada kasus pembunuhan ini.

Sementara itu Randy yang terkepung oleh anggota kepolisian hanya bisa pasrah, dalam hatinya berkata mungkin ia akan benar benar dihukum karena kesalahan orang lain.

Hasil otopsi menemukan sidik jari Randy, dan Randy dinyatakan tersangka pada kasus ini karena korban telah meninggal dunia akibat 3 bacokan di kepala, sayangnya benda tajam itu tidak berhasil di temukan di tkp, polisi sampai sekarang masih melakukan penyelidikan.

“Bukan, bukan saya!” kata kata yang terus dia lontarkan saat di bawa ke kantor polisi. “Saya hanya melihatnya dan berusaha menolongnya, kenapa jadi saya yang di salahkan.”ujarnya.

Tangannya yang diborgol mulai melemas, mulutnya yang dari tadi tidak berhenti berbicara sekarang  mulai membisu, keringat yang berubah menjadi dingin mengiringi perjalanannya.

Orang tua Randy yang tidak menyangka dengan kejadian itu sempat shock saat menerima panggilan dari kantor polisi. Mereka berduapun segera menuju ke sana. 
Karena jarak yang lumayan jauh mereka mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, tanpa memikirkan apa akan terjadi di perjalanan. Mereka terus memikirkan Randy, rasa takut sekaligus mengerikan dengan apa yang telah di lakukan oleh anak satu satunya itu. 

Detik detik lampu merah terasa sangat lama sekali bagi mereka berdua, mereka berpikir mungkin Randy sangat ketakutan sekarang, tiba tiba “ted… ted…. Brukrk” terlihat truk besar menabrak mobil orang tua Randy dari belakang dengan kecepatan tinggi sehingga mobil itu meledak seketika.

Bunyi serena Ambulance terdengar amat mengerikan saat itu, orang orang hanya berdiri tegap menyaksikan dengan jelas kejadian itu tidak berani untuk mendekat, orang tua Randy tidak bisa di selamatkan dalam peristiwa mengerikan tersebut.

Mereka yang sudah tidak bernyawa di larikan kerumah sakit, sementara supir truk di larikan kerumah sakit.

 Setelah sampai Randy masuk ruang interogasi, dia mendapatkan beberapa pertanyaan. “Kenapa kamu membunuh orang itu?” pertanyaan pertama dengan nada tinggi langsung to the point, Randy hanya menggelengkan kepalanya bertanda dia menyangkal adanya tuduhan itu, lalu ia menjelaskan dengan penuh percaya diri karena dia tahu bahwa dia tidak bersalah.

“Saat saya melihatnya, korban sudah seperti itu. bahkan saya hendak menolongnya, saya berusaha membantu orang itu untuk bangun tetapi saat saya membantunya darah terus keluar dari kepala korban, saya takut melihatnya dan tanpa sengaja saya melepaskan korban.” jawabnya pelan.

“Saat di TKP kami menemukan saksi mata bahwa kamu telah membunuh korban?” tanyanya lagi kali ini dengan nada pelan, “Dimas? dia teman saya, dia bisa jadi bukti bahwa saya tidak bersalah!” Randy yang sedikit lega, “Tapi saksi itu mengatakan bahwa ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa anda telah membunuhnya.” ujar polisi itu.
Mendengar perkataan itu keluar dari mulut polisi Randy yang tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan sahabatnya sendiri, membuat rasa percaya dirinya yang tinggi menjadi rapuh. “Apa ? tidak, tidak mungkin.” ujarnya yang mulai melemas dan terus menggelengkan kepala.

“Sepertinya dia memang tidak bersalah, terlihat dari mimik wajahnya saat dia menjelaskan dan mendengar bahwa ada saksi mata di TKP ia menyatakan dengan penuh percaya diri lalu melemas seketika saat mendengar bahwa saksi itu melihat kejadiannya langsung di TKP, kemungkinan besar saksi berbohong pada kasus ini, luka yang terdapat di tubuh korban adalah pukulan di kepala dengan menggunakan benda tajam, tetapi alat itu tidak ditemukan di TKP sedangkan saksi dia tidak menyatakan bahwa dia melihat pelaku memukul sang korban, dia hanya mengatakan bahwa saat dia melihat pelaku, dia lari begitu saja tanpa melihat adanya benda tersebut, jadi ada kemungkinan bahwa anak ini tidak melakukannya, seperti yang dia katakan sebelumnya bahwa ia hanya berniat membantu korban makanya sidik jarinya di temukan pada korban saat diotopsi.” Ujar Psikolog yang melihat langsung interogasi itu.

Setelah mendengar pernyataan yang di berikan oleh psikolog bahwa kemungkinan besar Randy tidak melakukan itu dan berbohongnya sang saksi, polisi mulai melanjutkan penyelidikan, karena usia Randy masih 15 tahun ia tidak akan di penjara, mungkin dia hanya akan di berikan peringatan jika ia benar benar bersalah.

Sementara itu ketika Randy selesai melakukan interogasi dia mendapatkan kabar bahwa orang tuanya kecelakaan saat menuju ke kantor polisi, saat mendengar itu kedua lututnya rapuh tak mampu menahannya untuk berdiri, air mata mengalir dengan sendirinya tak berhenti menetes saat mendengar orang tuanya meninggal saat kejadian tersebut.
 Polisipun mengizikan Randy untuk datang menemui keluarganya di rumah sakit.

“Ayah, bangun yah. Ibu, ibu, jangan tinggalin Randy!” kata kata yang keluar dari mulutnya dengan air mata yang tak hentinya menangis.

Saat pemakaman terlihat hanya ada beberapa orang, mungkin orang orang takut karena anaknya adalah seorang pembunuh. Karena peristiwa itu semua orang menjauhi Randy, dari teman sekolahnya, tetangganya bahkan sahabat sahabatnya, Hanya neneknya yang percaya kepada Randy bahwa iya tidak pernah melakukan itu.

“Sabar ya nak, ayah dan ibumu pasti tenang di sana!” ujar nenek melihat Randy yang terus menangis di pemakaman. “Mari nak kita pulang, biarkan orang tua kamu istirahat tenang di sana.” Randy yang terus menundukan kelapanya menuruti perkataan neneknya.

Setelah sampai di rumah terlihat ada 2 orang polisi yang sedang menunggu mereka.
“Permisi bu!” ujar seorang polisi itu. “Iya pak, ada apa ya?” ujar nenek dengan pelan, “Kami dari kepolisian memberikan kabar baik untuk Randy, dalam kasus ini dia dinyatakan tidak bersalah kami mohon maaf sebelumnya.” ujar polisi itu.

Tiba tiba Randy mendorong polisi itu hingga terjatuh “Kalian telah membunuh orang tua saya, pergi kalian!” Teriaknya dengan derai air mata yang mengalir "Sudah nak, ini bukan salah mereka, ini adalah takdir dari tuhan.” ujar nenek menenangkan, nenekpun memeluk Randy dan polisipun meminta maaf kembali dengan penuh menyesal.

*

Sejak kejadian tersebut Randy diasingkan oleh teman temannya walaupun dia dinyatakan tidak bersalah tetapi mereka beranggapan bahwa Randy lah pembunuhnya.

Randy adalah anak yang berprestasi, mempunyai wajah tampan dan aktip di segala bidang terutama ekstrakulikuler tetapi dalam sekejap dia berubah total.

Dia sadar akan hal itu, dia mungkin ingin menyembunyikan identitas aslinya kepada orang orang. Mendengar Dimas pindah dari sekolah karena peristiwa itu. Membuat Randy menutup diri kepada orang orang, karena dia tidak lagi percaya dengan yang namanya persahabatan.

Pada suatu hari, sekolah Randy kedatangan satu murid baru, perempuan yang berasal dari jepang itu bernama Yui Okazaki dia terlihat sangat cantik sehingga menjadi sumber perhatian di sekolah. Walaupun hari ini adalah hari pertamanya di Indonesia, dia sudah pandai berbahasa Indonesia, dia sendiri mengatakan bahwa dia sangat menyukai Bahasa Indonesia.

“Selamat pagi anak anak, Hari ini kita mempunyai siswi baru, dia berasal dari jepang walaupun hari ini hari pertamanya di Indonesia tetapi dia sudah pandai berbahasa Indonesia dan semoga kalian bisa membantunya untuk menyesuaikan di sekolah kita, silahkan perkenalkan diri kamu.” ujar Bu Syifa

“Hallo, selamat pagi. Nama saya Yui Okazaki, kalian bisa panggil saya Yui terimakasih.” ujar Yui dengan nada lembut.

Tiba tiba terdengar “Konnichiwa!” teriak dari salah satu anak cowok. “Itu selamat siang Bego.” balasan dari anak lain. “Sudah sudah, Yui sekarang kamu duduk di sebelah Randy!” Ujar Bu guru melihat Randy yang duduk sendirian.

Yui pun pergi ke arah Randy, dengan wajah yang terus tersenyum ia menatap Randy, tetapi Randy hanya terdiam dengan menundukan kepalanya. “Halo, saya Yui,” Ujarnya sambil menyodorkan tangan. Randy menganggukan kepalanya dan menjabat tangan Yui  “Randy.” tanpa tersenyum ia menoleh ke arahnya.

Bunyi bell terdengar pertanda jam istirahat, Terlihat semua orang pergi ke kantin kecuali Randy.
Tiba tiba ada beberapa anak cowok masuk kedalam kelas melihat Randy yang duduk sendirian dia melemparkan susu kotak ke arah Randy, Hampir saja susu kotak itu mengenai dirinya “Sial gak kena, Siapa yang bisa kenai si pembunuh itu saya kasih 50 Rb!” Ujar Ramon dengan membeberkan uang.
Anak anakpun mulai melempar susu kotaknya ke arah Randy, Randy hanya menundukan kepalanya karena jika dia melawan suasana akan semakin rumit dan mungkin dia bisa dikeluarkan.

Tiba tiba Yui datang dan lari menghampiri Randy sehingga susu kotak itu tidak mengenai Randy melainkan membasahi seluruh tubuh Yui, melihat itu Randy kaget melihat kearah Yui yang melindunginya. “Kamu gila ya?”ujar Randy yang berdiri dan mencoba melindungi Yui dari susu kotak itu.

Anak anak yang terus melempari mereka dengan susu kotak mulai heran kenapa Yui melindungi si pembunuh itu. “Hei, anak baru, ngapain? Oh, mau jadi pahlawan?” teriak Ramon sambil melemparkan susu yang berusaha mengenai Yui.

Randy memeluk Yui dan berusaha melindunginya, terlihat Yui yang memejamkan mata karena ketakutan.

Tiba tiba guru datang, “Hei apa apaan ini?” ujar guru tersebut, gerombolan siswa itupun bubar “Ramon ikut keruangan saya. dan Randy, Yui bersihkan seragam kalian” Ujar Guru itu.
“Sial” ujar Ramon.

Randypun menarik tangan Yui “Kamu gak papa?” ujar Randy, dia hanya menggelengkan kepalanya, “Kenapa, Kenapa kamu lakuin itu? saya sudah biasa di perlakukan seperti ini,” tutur Randy, “Kenapa mereka jahat sama kamu? Kamu teman saya, jadi saya ingin melindungi kamu.” ujarnya yang menatap kearah Randy.

“Apa? Teman.” ujar Randy lalu diapun pergi meninggalkan Yui. “Randy, kenapa? Apa kamu tidak mau berteman dengan saya? Saya ingin menjadi temanmu.” teriak Yui yang melihat Randy pergi.




Senin, 18 September 2017



Persepsiku tentang ODOP (One Day One Post)
Sejak pertama kali melihat postingan tentang ODOP dari FB Bang Syaiha saya sangat antusias dan ingin sekali mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam program One Day One Post ini. Karena saya ingin menantang diri saya sendiri supaya bisa lebih giat dalam menulis. Saya sangat senang sekali menulis, tetapi kadang saya sering sekali malas untuk melanjutkan cerita yang telah saya buat. Maka dari itu jika saya bisa mengikuti program ODOP ini saya akan bersungguh sungguh dan menjalankan misi misi dengan senang hati. Karena ODOP ini adalah komunitas yang keren dan banyak sekali penulis yang sudah berpengalaman di dalamnya.

Harapanku untuk ODOP
Semoga dengan adanya komunitas seperti ini kita sebagai penulis pemula lebih semangat untuk membuat cerita yang lebih kreatif dan menjadi wadah bagi para penulis untuk belajar bersama. Selalu menebarkan virus virus kebaikan melalui tulisan dan menjadi komunitas terbaik di indonesia.

Total Tayangan Halaman

Blogroll

Back to Top

Popular Posts