Sabtu, 19 Maret 2016



LOVE PHOBIA
Chapter 1 
Penulis : Angga Setiawan

Matahari mulai memanas dan keringat berkucuran di dahiku, tak terasa setelah tiga tahun mengabdi di sekolah ini sebentar lagi hasil kelulusan akan di umumkan. Aku yang tak sabar menunggu hasilnya terus mondar mandir kesana kemari, hatiku berdebar debar karena kekhawatiran menyelubung sehingga menyesakkan dada. Walaupun aku sudah tahu pasti akan lulus dengan bayangan nilai sempurna sudah berada di kepalaku. Kali ini aku sangat ingin membanggakan ibuku, yang selama ini sudah bekerja keras supaya aku bisa sekolah disini.

Kepala sekolah mulai mengumpulkan kami untuk berbaris, kulihat beberapa guru membawa amplop yang rapi di dalam kardus coklat. Setelah berbincang bincang kepala sekolah memerintahkan para guru untuk membagikan amplop tersebut. Sesuai dengan dugaanku, hasil kelulusan berada di dalam amplop itu. Saat guru memberikan amplop putih bertulisan namaku Rifa setiawan berserta nomor Nis yang tertera di situ aku mulai gugup, melihat anak anak yang memasang muka berak begitu jelas terbaca olehku kekhawatiran juga meraka rasakan. 

Dengan percaya dirinya aku membuka amplopku, akhirnya sesuai dengan perkiraanku aku lulus dengan nilai yang lumayan membuatku kegirangan. Aku hanya tersenyum ketika semua mata melihatku, mungkin mereka melihat betapa anehnya diriku karena selama ini aku bukan lah orang yang periang.

Saat ini hatiku menjadi sejuk dan lega, keinginanku untuk kuliah di universitas bergensi mungkin bisa ku raih dengan nilai ini. Selain itu aku ingin segera memamerkan hasil ini kepada ibuku yang mungkin juga sudah menanti nanti hari ini, ibuku adalah wanita karier yang luar biasa setiap hari bekerja dan bekerja tapi aku bangga sekaligus bahagia, karena sesibuk apapun beliau aku tetap di nomor satukan olehnya mungkin karena aku adalah anak satu satunya dari pernikahan beliau.
Aku mengeluarkan hp dari saku celanaku, aku berniat untuk menghubunginya, saat aku melihat isi ponsel itu terdapat satu pesan masuk dari ibuku. Tanpa pikir panjang ku lihat pesan itu.
Dari : Ibu
Rifa, selamat atas kelulusannya. Maafin ibu tidak bisa menghadiri acara kelulusanmu, saat ini ibu sudah berada di bandara ada hal mendadak yang harus ibu urus, ibu pergi hanya untuk beberapa hari. Kamu baik baik dirumah, uang sudah ibu transfer kerekening kamu, kamu sudah besar harus bisa merawat diri sendiri. Akan ibu telpon jikalau ibu sudah sampai disana.

Pesan singkat yang aku terima, aku tersenyum tapi entah kenapa air mata menetes dengan sendirinya. Air mataku begitu hangat saatku usap, melihat teman teman yang histeris saat memeluk orang tua mereka yang baru saja sampai hatiku sedih. Aku senang karena ibuku adalah orang yang luar biasa tapi hatiku berontak karena bukan itu yang aku inginkan.
Aku berhasil keluar dari acara itu, kunaiki motorku dan segera berangkat menuju bandara, hatiku memang sedih sekaligus marah tetapi aku ingin tetap melihatnya.
Saat sampai disana nampaknya aku terlambat karena pesawat telah diberangkatkan. Saat ini aku benar benar kesal, kuputar balikan motorku lalu kulajukan dengan sangat kencang.
Setelah sampai di rumah aku mempacking beberapa baju, aku berniat ingin pergi menenangkan diri, seandainya aku punya ayah mungkin aku bisa bersenang senang dengannya tapi mustahil bagiku untuk memilikinya.
Ibuku mempunyai sebuah villa di daerah pangandaran, aku berniat untuk kesana. Tanpa keraguan aku bergegas dan pergi.
Entah kenapa sekarang aku sedikit membencinya, aku mulai menyadari bahwa selama ini ibu hanya memikirkan pekerjaannya, dia memang selalu memberikan apa yang aku inginkan tapi kenyataanya bukan itu yang benar benar aku inginkan.
                                                                        *
Angin malam begitu menyejukan kalbu, setelah lamanya di perjalanan tadi akhirnya aku sampai disini. Gelombang pasang air laut entah kenapa malam ini begitu indah, rasanya aku ingin segera melepas bajuku dan menyelam kesana,  aku benar benar terbuai di buatnya. Melihat sekeliling pantai begitu sepi mungkin karena sudah larut malam.
langkah kaki mulaiku hentakkan dengan tangan yang merentang kututupkan kedua kelopak mataku merasakan angin sepoi yang bertabrakan dan telingaku di manjakan oleh gerakan ombak yang terdengar begitu nyaring.
Tiba tiba ada sesuatu yang ku injak dan berhasil mengagetkanku “Aish.. ternyata kaleng bekas minuman” ucapku sambil menendang kaleng itu dengan kencang, lalu terdengar suara perempuan “Aaaah..” kali ini benar benar membuatku kaget, kulihat seorang perempuan yang membelakangiku seperti sedang menangis, dia terus berjalan kearah pantai seperti tidak takut akan ada ombak yang bisa menyeretnya ke tengah laut, dia berjalan terus masuk kedalam air dari lutut dan sekarang pinggang sudah tenggelam, aku mencoba mendekatinya aku sempat berpikir dia mungkin akan bunuh diri akupun lari ke arahnya dengan basah kuyup kuraih tangannya dan mencoba menariknya kedarat, dia tidak berontak sedikitpun seperti menurutiku.
Baru langkah kedua ku injakan tiba tiba ombak besar menerpa kami berdua dan menariknya ketengah, Aku tidak berdaya karena ombak begitu besar walapun begitu aku berusaha untuk tetap menggengam erat tangan perempuan itu.
           

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Blogroll

Back to Top

Popular Posts