LOVE PHOBIA
Chapter 5
Penulis Angga Setiawan
“Rifa, ayok bangun sudah
pagi”
Ujar Nemo membangunkan. Aku yang masih terlelap mencoba bangun “Hei, ayok cepat aku sudah
siapkan sarapan pagi untuk mu” ujarnya lagi sambil
menarik tanganku. “Benarkah?” jawabku heran,
sarapan seperti apa yang dia buat. “Ha aha ha, ternyata buah, aku kira apa”
jawabku sambil tertawa. “Oke semangat, ayok kita selesaikan perahu itu”
ujarku lagi bersemangat.
Suasana pagi ini sangat sejuk, hari ini adalah hari
ketiga aku berada di pulau asing, Aku sungguh merindukan suasana yang biasanya
kulakukan. Aku sangat optimis bisa pulang dengan perahu yang ku buat bersama
Nemo, aku akan mengajaknya untuk tinggal bersamaku dan ibu pasti tidak akan
keberatan.
Aku dan Nemo mulai melanjutkan pekerjaan kami, Nemo
sangat antusias kali ini dan aku tidak bisa menahannya untuk duduk saja dia
memang keras kepala namun entah kenapa aku menyukainya.
Seharian
penuh kulewati, sedikit demi sedikit kumpulan kayu ini terbentuk menjadi sebuah
perahu, aku dan Nemo sangat senang karena telah menyelesaikannya, aku percaya
perahu ini bisa membawa kami keluar dari pulau ini, aku terus memperhatikan
Nemo sepertinya aku benar benar menyukainya.
Nemo menoleh kearahku dengan tersenyum lalu dia
mendekatkan kepalanya ketelinga ku “Kerja yang bagus Rifa” bisiknya. Hatiku
berdebar begitu kencang hingga aku tidak bisa mengontrolnya, entah setan dari
mana tiba tiba aku memeluknya. Nemo terdiam atas perlakuanku itu, aku yakin dia
pasti mendengar detak jantungku yang sangat kencang. Aku melepas pelukan itu “Maaf”
ujarku yang merasa malu. Nemo tetap terdiam dengan menundukan kepala.
Aku menarik tangannya “Ayok kita cari makanan” ujarku
mengalihkan suasana diapun mengikutiku. Aku berencana akan memanjat pohon
kelapa mengambil beberapa buahnya untuk menikmati airnya mungkin Nemo akan
senang dengan ini. “lihat disana! Aku akan mengambilnya untukmu”
ujarku sambil menunjuk buah kelapa yang lumayan tinggi. “lebih baik tidak usah, itu
tinggi dan terlalu bahaya” ujar Nemo memerintahku untuk
tidak melakukannya.”tidak apa apa, aku akan mengambilkanya untukmu”
ujarku sedikit ngeyel. Nemo menatap keatas, belum sempat aku memanjat tiba tiba
2 buah kelapa jatuh dihadapan kami. “wow! Bagaimana bisa?” tanyaku heran. “aku juga tidak tahu,
mungkin karena angin lautnya yang sangat kencang, ayok kita nikmati buah itu”ujarnya
lalu mengambil 2 buah kelapa itu.
Aku sedikit penasaran, buah kelapa muda tidak akan
jatuh hanya karena angin, apa mungkin?.. Ah itu tidak mungkin. “Segarnya”
ujar Nemo setelah meminum air kelapa itu, “Enak kan? Sudah aku bilang ini pasti enak sekali” ujarku menghabiskan air itu.
Hujan masih sangat lebat dia lari meninggalkanku,
akupun berusaha mengejarnya “Nemo! tunggu, maafkan aku” ujarku meraih
tangannya dari belakang “Aku benar benar telah mencintaimu”
tiba tiba kata itu muncul dari mulutku. Nemo membalikan badan dan menatapku “Tidak, aku tidak bisa. Aku
tidak bisa mencintaimu” jawabnya sambil meneteskan air
mata “Tapi
kenapa? Kamu harus menjelaskannya padaku” ujarku meminta, namun
dia tak menjawab dan terus menundukan kepala.
“Maafkan aku, aku juga sangat mencintaimu tapi aku tidak
boleh mencintai manusia, aku harus mengubur perasaan ini”
batin Nemo.
0 komentar:
Posting Komentar