Penulis : Anggakim
SAAT KEPERCAYAAN
TAK LAGI MENJADI SESUATU YANG BERHARGA
Pagi ini hujan turun begitu deras. Melihat
sekeliling air nampak sudah membanjiri jalanan. Dengan terpaksa Randy lari
kesekolah.
Terlihat Ramon yang sedang duduk melamun. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Tidak biasanya dia bersikap seperti itu.
Orang yang menurut Randy paling jahat sekaligus tidak jelas asal usulnya. Sebab
Ramon bukan terlahir dari orang kaya raya tetapi melihat tingkah lakunya yang
selalu menghambur hamburkan uang setiap hari untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Entah itu sesuatu yang baik atau kejahatan
sekalipun jika dia memintanya orang orang akan dengan senang hati membantunya hanya
untuk mendapatkan imbalan, dan entah dari mana Ramon bisa mendapatkan uang itu.
dia seperti mempunyai pohon berbuah uang.
Randy berjalan kearahnya walaupun tidak
berniat untuk menghampirinya. Sorotan mata tak bisa dia hindarkan. Saat Ramon
mulai menatapnya. Dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia
menghindar bukan karena dia takut melainkan untuk mencegah agar tidak terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan.
Selama ini dia hanya ingin hidup tenang
karena apa yang dia alami di masa lalu selalu membuatnya tertekan. Bahkan jika
teringat sedikit saja tentang kejadian itu. Rasanya seperti tak ada alasan
baginya untuk melanjutkan hidup.
Randy berdiri bertatapan dengan Ramon yang
sedang duduk. Tatapan yang dia lemparkan begitu tajam sehingga emosipun mulai
menggebu dari satu sama lain. Saat Ramon mulai menguatkan kedua kakinya untuk
berdiri tiba tiba terdengar teriakan dari seseorang.
“Randy…?” ternyata Yui
terlihat sedang melambaikan tangan kearah mereka.
Tanpa ambil tindakan gegabah Randy
meninggalkan Ramon dan berjalan kearah Yui sambil melemparkan senyum manis
kepadanya. Yui spontan membalas senyuman itu dengan begitu indah membuat orang
orang di sekitar yang melihatnya seperti melayang di udara.
Randy tidak menyangka bahwa Yui mempunyai
senyuman yang mematikan itu membuat suatu debaran tak menentu pada uluh hatinya.
“Kenapa bengong?” ujar Yui yang mendekat
kearah Randy. “Hm.. nggak,” ujar Randy yang sedikit kaget. “Ayo?” ujarnya
sambil menuntun tangan Randy. “Kemana?” Randy dengan ragu mengikuti
langkah kakinya.
Setelah sampai di suatu tempat. Randy heran
kenapa Yui mengajaknya kesana. ada apa? Kok bisa? Di suasana yang masih gelap
akibat mendung dia mengajak Randy ke tempat yang sangat sepi.
Saat lampu dinyalakan terlihat banyak
sekali buku yang berserakan dimana mana. “mau ngapain kesini?” Tanya Randy yang
heran dengan ajakan Yui yang tak menentu. “oh, tadi aku cari cari buku disini
karena gelap. Aku tidak sengaja menjatukan semua buku buku ini. Tugas kita sekarang merapikanya.” Ujar Yui menjelaskan. Dengan wajah imut yang ia berikan
berisyarat agar Randy mau membantunya.
Randy tersenyum sambil terus menggelengkan
kepala nya “Ada ada saja kamu ini. Ayo cepat kita bereskan sebelum ada orang
yang melihatnya.” Sambil mengusap kepala Yui.
Satu demi satu buku mereka susun dengan
rapi. Canda tawapun mengiringi mereka sehingga lupa dengan keadaan yang begitu
pahit.
“Ayo, kita pergi!” ujar Randy. Karena
semua buku sudah tersusun seperti semula. Yui hanya menganggukan kepala tiba
tiba “Auuuu.!!” teriak Yui terpeleset.
“Apa kamu baik baik saja?” Tanya Randy.
Yui nampak kesakitan sehingga sulit untuk menopang kedua kakinya.
Kemudian Randy jongkok dan mengatakan “Ayo
naik!” sambil mempersilahkan punggungnya. Yui hanya tersenyum melihat kebaikan Randy.
Entah apa yang dirasakannya. yang jelas debaran itu kini semakin terasa.
Langkah demi langkah mereka lewati. Melihat
Yui yang sedang kesakitan dalam gendongan Randy membuat beberapa orang
berlarian ke arahnya “Kenapa? ada apa?” pertanyaan pertama yang mereka terima.
“Tidak apa apa, saya hanya terpeleset” kata kata yang terus keluar dari mulut
Yui menandakan ia menjawab untuk mewakili semua pertanyaan.
Setelah sampai di kelas. Randy
memperlakukannya seperti seorang putri kerajaan. Dia menuruti semua yang dimintanya. Padahal Yui sama sekali tidak berniat untuk menjadikan Randy seperti
itu. Karena jika Randy terus memperlakukannya seperti ini debaran yang ia
rasakan akan semakin terasa.
“Randy, sudah cukup aku baik baik saja.”
ujarnya sambil menggerakan kedua kakinya. Yui memalingkan muka dari Randy. melihat dia yang terus tersenyum kepadanya membuat hatinya tidak karuan. “Mau
ke kantin?” Tanya Yui menawarkan. “Bukannya sebentar lagi jam masuk kelas?”
jawab Randy sekaligus menanyakan.
“Masih lama kok.” Ujarnya sambil melihat
jam yang menempel di tangannya. “Aku pengen minum!” ujarnya. “Ya sudah sebentar
ya, aku belikan kamu minum. kamu tunggu disini saja.” Randy yang mulai
melangkahkan kakinya.
Bell sekolah telah berbunyi menandakan jam
pelajaran akan segera dimulai. Yui terus melihat lihat sekitar merasa
heran. Kenapa Randy belum juga kembali. Rasa kehawatiranpun muncul dalam benak
pikirannya. Apakah Ramon dan teman
temannya sedang mengganggunya?
Entah kenapa Yui merasakan ada sesuatu
yang tidak beres. Dengan sakit yang masih terasa pada kaki dia mencari Randy.
Entah naluri apa yang dia rasakan. Seperti
ada sesuatu yang menarik jiwa dan raganya untuk melangkahkan kaki.
“Randy..!!” teriaknya sambil berlari kearahnya.
Terlihat Randy yang sedang duduk lemas dengan penuh luka lebam di wajahnya.
“Kenapa?” Tanya Yui dengan penuh cemas. Randy hanya terdiam lalu pergi begitu
saja menghiraukan.
“Randy, Kenapa? apa yang telah terjadi?” teriaknya lagi.
Randy tidak merespon sedikitpun. dia berjalan tanpa memikirkan apapun.
Sepertinya Randy ingin mengikuti perkataan
dari Ramon bahwa dia harus menjauhi Yui. Karena Ramon menaruh hati pada Yui.
Ramon dan teman teman memukuli Randy sampai babak belur sehingga sulit bagi
Randy untuk menjelaskam apapun.
Ingin mengadu tetapi ragu, ingin melawan tapi
tidak mungkin. Lalu apa sebenarnya yang harus dia lakukan?
Apakah dia harus benar benar bersikap
seperti pengecut. Dengan menjauhi Yui teman satu satunya yang dia punya, teman yang terus mengukir senyum di wajahnya, atau melawan Ramon bersama dengannya. “Tidak,
Yui tidak boleh disakiti oleh siapapun. Cukup saya yang menerima penderitaan
ini.” ujarnya dalam hati.
Randy pulang dari sekolah tanpa masuk jam
pelajaran. Dia meminta izin kepada pihak sekolah. Tanpa pamit kepada Yui diapun
pergi. Yui masih tidak percaya dengan apa yang di lakukan Randy terus
bertanya tanya ada apa sebenarnya?
*
Langit mendung berubah seketika menjadi cerah. Berbalik dengan
apa yang dirasakan Randy. Hatinya yang indah kini telah berubah menjadi kelabu. Rumah yang nampak sepi terlihat olehnya. Entah
kemana perginya oma. Satu satunya keluarga yang dia punya. Dia tidak tahu apa
yang akan terjadi jika dia kehilangan oma. Mungkin tidak ada lagi alasan baginya
untuk melanjutkan hidup.
Selama ini dia hidup dengan penuh kesedihan. Setelah
dia dituduh sebagai seorang pembunuh, dan kedua orang tuanya meninggal. Lalu
sekarang dia dibuly di sekolahannya. Dia menjalani kehidupan tanpa mempunyai
seorang teman. Tetapi kini setelah dia mempunyai seseorang yang bisa dia anggap sebagai
teman. Dia malah bersikap seperti pengecut. Harus meninggalkannya karena
sesuatu yang dapat membahayakannya.
Luka luka yang masih mewarnai sekitar
wajahnya berhasil dia hiraukan. Walaupun rasa sakit itu sangat terasa tetapi dia
tahu bahwa kehidupannya jauh lebih menyakitkan dari luka luka ini.
Rasanya sekarang dia ingin sekali melihat
Yui. Ingin melihat senyumnya, ingin melihat kekonyolannya. Tetapi memikirkan
apa yang dia lakukan kepadanya tadi membuatnya merasa menyesal.
Tuk, tuk, tuk terdengar bunyi ketukan dari
pintu. Mungkin oma sudah pulang. Randypun beranjak dan membukakan pintu.
“Yui..?” Ternyata Yui yang datang dengan membawa kotak obat.
“Bolehkah saya masuk?” ujar Yui pelan.
Randy yang masih kaget sekaligus bahagia hanya menganggukan kepala dan
mempersilahkannya masuk. Mereka duduk di ruang tamu dan Yuipun mulai
membersikan dan mengobati luka Randy. “Auu.. sakit!” ujar Randy kesatikan. Terlihat
Yuipun tersenyum melihat Randy seperti itu.
“Kenapa?” Tanya Randy heran sambil
menikmati senyuman Yui. “Kamu lucu kalau lagi kesakitan.” Ujar Yui yang mulai
tertawa. Randypun tersenyum kepadanya lalu mencubit pipinya.
“Auu, sakit tau!” jeritnya. “Tadi kamu
kenapa di sekolah? siapa yang sudah buat kamu seperti ini? Nanti akan ku hajar
mereka!” Tanyanya sekaligus menguatkan batin Randy. Randy hanya
tersenyum melihat Yui berbicara seperti itu. “Hmm tidak, tidak apa kok? Biarkan
saja mungkin dengan cara seperti ini mereka bisa mendapatkan kesenangan.” ujar
Randy pelan.
“Aissh, aku janji sama kamu. Mulai saat
ini aku akan melindungi kamu dari orang berengsek itu. Kamu harus percaya sama
aku!” ujar Yui seperti sungguhan.
Randy mengusap kepalanya dengan tangan
kanan dan berkata “Benarkah?” ujar Randy dengan memoncongkan mulutnya. Mungkin
Yui tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi tetapi dia benar benar bahagia
karena dia mengatakan hal itu.
"Oh iya, Bagaimana kamu bisa tahu rumahku?.."
TOBECONTINUED
0 komentar:
Posting Komentar