Jumat, 22 September 2017

Penulis : Angga Setiawan





KETIKA SESEORANG DATANG KEPADAMU, MAKA AKAN ADA SESEORANG YANG PERGI DARIMU


“Randy” teriak Yui, kemudian Randy berhenti dan menoleh kebelakang sambil tersenyum, Yui melihat Randy tersenyum kepadanya sedikit heran, debaran apa yang sedang ia rasakan.  Randypun melanjutkan langkah kakinya.

*

Bell sekolah terdengar, menandakan saatnya waktu pulang terlihat Randy sedang bergegas merapikan ranselnya. Setelah keluar dari sekolah terlihat Yui yang seperti sedang kebingungan.

“Kenapa?” ujar Randy yang menghampirinya, “Oh, kamu Ran, gak papa aku cuma lagi nunggu taksi!” ujarnya.  “Oh, mau pulang bareng?” tanya Randy menawarkan. Yui hanya menganggukan kepala dan melangkahkan kakinya duluan, Randy lari menyeimbangi langkah kakinya lalu ia merangkul pundak nya dan berkata “Awas!” ujarnya melihat motor yang hampir menyerempet Yui. 

Setelah itu Yui menatap Randy begitupun juga Randy, jarak wajah mereka sangat amat dekat hanya sekitar 10 cm sehingga mereka bisa merasakan tarikan nafas yang mereka hirup satu sama lain. Tangan Randy yang masih merangkul pundak Yui mulai ia lepaskan saat Yui memalingkan pandangannya “Maaf!” ujar Randy pelan. Yui yang menyembunyikan senyumnya hanya menganggukan kepala sambil melanjutkan langkah kakinya.

Suasana perjalanan menjadi hampa sejak kejadian itu, suara kendaraan yang sangat bising mulai tak terdengar. angin terasa berjalan menghampiri mereka berdua, lalu seolah olah berhenti ketika mereka saling menatap membuat mata, hati, dan pikiranpun menjadi dingin. Yui memberanikan diri memulai percakapan untuk membunuh suasana yang sunyi itu.

“Randy, aku perhatikan kamu disini seperti tidak punya teman?” ujar Yui yang belum berani menatapnya kembali, “Hm, aku memang tidak mempunyai teman, sejak kejadian itu tidak ada yang berani berteman denganku!” jawabnya sambil menundukan kepala. “Kejadian apa? Kok bisa,” tanyanya lagi. “Panjang ceritanya, mungkin jika kamu tahu kejadian waktu itu, kamu juga tidak akan berani mengajakku berteman.” ujar Randy. 

“Tidak, kata siapa? Seburuk apapun kamu di masa lalu aku tidak akan pernah takut, karena kita sekarang sedang hidup di masa ini bukan masa lalu!”ujar Yui yang sudah mulai berani menatapnya, Randy tersenyum mendengar Yui berkata seperti itu “Sssst jangan senyum, kamu jelek saat tersenyum.”tutur Yui yang lari meninggalkan Randy, “Sialan, Hei tunggu!” teriak Randy yang mengejar Yui.

Suasana sunyi telah terlewati seperti atap gedung yang terbakar, padam seketika karena hujan turun. Yui yang terus tersenyum di sepanjang langkah kakinya seperti merasakan kebahagian yang begitu luar biasa. Tak pernah terpikir olehnya saat masih berada di jepang akan merasakan kebahagiaan seperti ini, saat di negaranya ia bahkan tidak mempunyai teman sama sekali seperti halnya Randy, bahkan lebih buruk darinya. itulah alasan pertama kenapa ia sangat senang karena Randy mau berteman dengannya.

Melihat taman bermain yang tidak jauh dari sekolah mengantarkan langkah kakinya untuk pergi kesana, Randy yang hanya mengikuti Yui dari belakang nampak heran, bisa bisanya orang yang pertama kali ke Indonesia bisa seliar ini dan berbicara non formal.

“Hei, saya tidak percaya kamu baru pertama kali ke Indonesia” Ujar Randy yang lari menghampirinya, Yui yang sudah duduk di ayunan terus meninggikan ayunannya.

“Hm, ini memang bukan pertama kalinya saya kesini,” ujar Yui dengan memejamkan mata, seperti sedang merasakan angin yang membawanya semakin tinggi. 

“Apa? Tadi bu guru bilang kalau kamu baru pertama kali kesini!” Tanya Randy yang juga duduk di ayunan tepat di sampingnya. “Panjang ceritanya, mungkin jika kamu tahu kejadian beberapa tahun yang lalu kamu tidak akan mau berteman denganku!” jawabnya seperti membalikan ucapan yang sudah Randy katakan tadi.

“Hm, lebih baik kita saling tidak mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu kita, karena kita sedang hidup di masa ini.” ujar Randy yang berdiri menghentikan ayunannya.

“Yui.....!!!” teriak seorang perempuan yang baru keluar dari mobil memakai baju serba putih dengan shall berwarna hitam menyelimuti lehernya, dia seperti ibunya Yui. “Yui itu siapa?” Tanya Randy.

Yuipun menghentikan ayunannya dan berkata “Itu ibuku, ayo kita pulang bersama,” ujarnya menawarkan, “Tidak, terimakasih, rumahku tidak jauh dari sini.” jawab Randy yang masih belum melepaskan pandangannya dari Ibunya itu.

Yuipun lari kearah ibunya dan berkata “Ran saya duluan.” ujarnya, Randy hanya menganggukan kepala sambil melambaikan tangan kearahnya yang sesekali tersenyum.

Setelah masuk kedalam mobil nampak Yui yang melambaikan tangannya di balik kaca. Mobil sedan berwarna putih dengan penuh stiker helo kiti melaju dengan perlahan, seperti lambaian tangan Yui yang mulai ia hentikan. Randy yang masih tersenyum melihat mobil yang semakin melaju merasakan kebahagiaan. Mungkinkah ia akan mulai bersahabat lagi dengan seseorang. Karena sejak kejadian itu tidak sedikitpun terlintas dibenaknya bahwa ia akan mempunyai seorang teman.

*

Malam ini angin melaju sangat kencang seperti mampu menerobos masuk kedalam kelopak mata hingga membuat butir butir air mata bertetesan. Bulan yang terlihat jelas tergantung di langit seperti kesepian walaupun beribu ribu bintang bertebaran tepat di sampingnya. Dia selalu merasa sendirian karena bintang sesungguhnya tidak nyata, itu hanyalah kilauan cahaya dari jauh dan entah dari mana. Seperti halnya Ramon dia tidak menganggap orang orang yang berada di sekitarnya adalah teman, walaupun banyak orang yang selalu di sampingnya dia hanya menganggap orang orang itu seperti remeh yang menempel setelah ia makan, lalu ia buang ketika mengetahuinya.

Sejak Dimas ditahan akibat membunuh seseorang Ramon tidak mau berteman dengan siapapun. Ramon mengetahui dengan jelas detik detik ketika Dimas ditangkap, bahkan ia juga mengetahui kenapa Dimas bisa melakukan itu.

Pesan dari Dimas yang paling ia ingat bahwa ia harus melakukan sesuatu untuknya yaitu harus merahasiakan kepada siapapun bahwa ia akan di penjara, sementara itu ia juga meminta untuk menjadikan Randy sebagai kambing hitam dalam peristiwa tersebut.

Kejadian itulah yang membuat Ramon sangat membenci Randy sebab menurutnya Randylah yang membuat Dimas ditahan, padahal dia tidak sadar bahwa kelakuan mereka berdua sudah menghancurkan sebuah keluarga.

Ramon sebenarnya adalah anak yang baik, walaupun sudah ditinggalkan ayahnya sejak kecil akibat perceraian orang tuanya, dia cukup sabar menjalani hidup hanya dengan seorang ibu. Ibunya adalah seorang muslimah cerdas walaupun sudah berumur tetapi dia terus membagikan ilmunya dalam pengajian yang ia bimbing.

Dari anak kecil, Remaja, sampai ibu ibu dengan senantiasa ia membagikan ilmunya tersebut tanpa meminta imbalan sepeserpun. dari pengajian setiap hari sampai seminggu sekali berhasil ia lakoni dengan baik. Sementara itu ia mengais rejeki dengan menjadi guru sekolah dasar di daerahnya. Walaupun banyak lelaki yang ingin menjadikannya seorang istri sekaligus bapak bagi Ramon tetapi ia selalu mengatakan "tidak!" karena tidak ingin membuat Ramon merasa tersisih dengan terbaginya perhatian yang ia berikan, bagi dia Ramon adalah segalanya.

Sejak menjadi sahabat Dimas sikap Ramon menjadi sedikit acuh kepada ibunya, ia bahkan selalu pulang larut malam dan sesekali membentak ibunya karena tidak bisa memberi uang saku sesuai yang dia inginkan.

Entah apa yang telah dilakukan Dimas kepadanya sehingga bisa membuat Ramon menjadi seperti prajurit yang siap membela apapun yang terjadi di kerajaanya. Ramon mengetahui bahwa Dimas membunuh orang itu karena dia telah menjadi korban. Orang itu secara tidak langsung telah membunuh ayahnya karena peristiwa 1 tahun yang lalu, orang itu menipu keluarga Dimas sehingga membuat ayahnya sakit keras karena hancurnya perusahaan yang ia kelola dan yang tidak disangka orang itu adalah kaki tangan ayahnya Randy.

Walaupun dalam sel jeruji Dimas tetap bahagia karena mengetahui kedua orang tua Randy telah meninggal karena kecelakaan. Saat ini dia mulai bisa bernafas lega tetapi rasa dendam terhadap Randy terus terukir di dalam benaknya.

Sejak ibunya menikah lagi Dimas tidak pernah menemuinya lagi, ia hidup dengan uang yang di transfer ibunya setiap bulan.

Dia sama sekali tidak menyesali apa yang telah ia perbuat, bahkan itu adalah impiannya dan tujuan kenapa ia harus tetap melanjutkan hidup. Dengan memanfaatkan kesetian Ramon dia merencanakan satu demi satu sehingga terbuatnya suatu bendungan yang dimana target tidak akan pernah bisa melewati perangkap yang telah terpasang.

*

Bunyi alampun terdengar, suara ayam berkokok begitu nyaring terdengar bising. Matahari yang tergantung di langit sedikit tak terlihat karena tertutupi awan hitam. Randy yang terus teringat kedua orang tuanya membuat butiran air terus keluar dari kelopak matanya.

jika hantu benar benar nyata mungkin ia ingin bertemu dengan mereka walaupun dalam wujud makhluk astral. Tetes demi tetes air hujan turun ke bumi mengiringi kesedihan Randy yang berlarut.

Setelah pamit kepada neneknya ia bergegas melangkahkan kakinya kesekolah. Dengan Payung kecil berwarna hitam berhasil mengiringi dalam perjalanannya.

TOBECONTINUED

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Blogroll

Back to Top

Popular Posts