Senin, 25 September 2017

Sesuai tema hari ini, sedikit curhatan tentang diri saya. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dari kecil apapun yang saya inginkan selalu dituruti oleh kedua orang tua, walaupun saya dari keluarga sederhana. Mungkin itu salah satu alasan sampai saat ini saya tidak bisa jauh dari mereka.

Saat saya masuk pondok pesantren waktu Smp, itu adalah pengalaman berharga sekaligus pahit bagi saya. Kenapa ? Karena saya hanya sanggup selama kurang lebih 6 bulan. Sebenarnya malu untuk menceritakan ini, tetapi sampai saat ini saya tidak pernah bisa melupakan kenangan kenangan waktu masih di pondok dulu.

Sekarang saya sangat menyesal, kenapa saya dulu tidak bisa. Minimal harus sampai lulus Smp. Mungkin karena saya adalah seorang introvert, jadi orang orang selalu menganggap saya sombong dan tidak ada yang mau berteman dengan saya.

Sebenarnya saya waktu itu merasa kuat, mungkin karena dulu saya belum bisa berpikir dengan hati hati. Jadi apapun yang saya pikirkan saya lakukan. Dan setelah benar benar pindah sekolah saya baru menyadari akan hal tersebut.

Umur saya saat ini menginjak 19 tahun. Hidup di daerah perindustrian, kota cikarang. Kota dimana tempatnya para pendatang mencari nafkah. Dari jawa tengah, jawa timur, hingga kalimantan. Mereka berbondong bondong mencari pekerjaan di daerah ini.

Awalnya saya tidak merasa risih ataupun khawatir. Tetapi semakin hari semakin banyak para pendatang baru. Saya tidak bermaksud ingin melarang mereka untuk mencari rejeki di kota ini. Tetapi, sebagai pribumi saya merasa sudah tidak di utamakan.

                Saya bingung, kita tinggal di daerah perindustrian tetapi kenapa orang orang di sekitar saya sangat kesulitan mencari pekerjaan. Padahal ijazah yang kami punya tidaklah berbeda, nilai yang kami dapatkan tidak begitu buruk, tetapi kami selalu kalah bersaing dengan para pendatang itu. Dan lebih parahnya lagi ada beberapa perusahaan yang menolak keras warga pribumi.

Entah mulai dari kapan Image warga pribumi menjadi rusak. Warga pribumi selalu di cap cenderung pemalas, tidak mempunyai jiwa pekerja keras, selalu datang terlambat, selalu alasan izin tidak masuk kerja, dll.

Alasan mereka lebih mempercayai para pendatang. Karena para pendatang takut jika dia tidak kerja dia tidak makan, selalu bekerja keras agar bisa membantu perekonomian keluarga di kampung, dll.
Padahal tidak semua warga pribumi seperti itu. Hanya karena ingin membantu perekonomian keluarga, pribumi rela merogoh 3-4 juta untuk bisa masuk kerja. Walaupun tidak semua yang bernasip seperti itu, tetapi menurut saya seharusnya warga pribumilah yang harus diutamakan.

                Saat ini saya kuliah semester 3 Manajemen. Di kelas saya hanya ada 4 orang warga pribumi termasuk saya dari 50 mahasiswa. Sangat miris, Para pendatang itu mereka berkerja dan menginvestasikan diri mereka di perkuliahan. Dari situ saya sangat menerima banyak sekali pelajaran berharga. Dengan gaji yang standar mereka bisa mengatur uang. Mereka tetap mengirimkan kepada keluarga di kampung, mereka tetap bisa kuliah, mereka bisa membayar kontrakan, dll. Sungguh sangat mengejutkan. Mungkin memang benar bahwa warga pribumi sangat tidak mempunyai jiwa kompetitor. Saya tidak tahu 10 tahun kedepan di kota ini akan menjadi seperti apa. Banyak pribumi yang menjadi pengangguran. Semakin banyak industri yang berdiri, semakin banyak juga limbah limbah yang menumpuk di daerah ini. Kita sebagai pribumi hanya bisa gigit jari, hanya bisa menonton.  





0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Blogroll

Back to Top

Popular Posts