Kamis, 21 September 2017

Penulis : Anggakim



SAHABAT? SEORANG TEMAN YANG MENYEDIHKAN

“Ran, apa yang sudah lo lakuin? Dia bisa mati,” Dimas yang melihat Randy dengan tangan penuh darah di depan orang yang sedang sekarat. “Bukan, bukan gue Dim” ujar Randy yang terus menggelengkan kepala “Lo sahabat gue, lo percaya kan gue nggak mungkin ngelakuin itu!” tutur Randy.

Dimas yang sebenarnya mengetahui apa yang telah terjadi terus memojokkan Randy, tiba tiba polisi datang “Ran lari!” ujar Dimas, Randy yang sangat ketakutan melarikan diri.

Dimas tersenyum kecil melihat itu, karena ia tahu bahwa polisi akan mengejarnya. “Apa yang telah terjadi?” Tanya seorang polisi kepada Dimas.
“Saya tidak tahu, saat saya kemari orang itu lari begitu saja.” ujar Dimas yang seolah olah tidak mengenal Randy. Mereka membawa mayat itu, karena darah terus mengalir dari tubuh korban, Polisi mengizinkan Dimas untuk pulang kerumahnya ia hanya diberikan surat untuk menjadi saksi pada kasus pembunuhan ini.

Sementara itu Randy yang terkepung oleh anggota kepolisian hanya bisa pasrah, dalam hatinya berkata mungkin ia akan benar benar dihukum karena kesalahan orang lain.

Hasil otopsi menemukan sidik jari Randy, dan Randy dinyatakan tersangka pada kasus ini karena korban telah meninggal dunia akibat 3 bacokan di kepala, sayangnya benda tajam itu tidak berhasil di temukan di tkp, polisi sampai sekarang masih melakukan penyelidikan.

“Bukan, bukan saya!” kata kata yang terus dia lontarkan saat di bawa ke kantor polisi. “Saya hanya melihatnya dan berusaha menolongnya, kenapa jadi saya yang di salahkan.”ujarnya.

Tangannya yang diborgol mulai melemas, mulutnya yang dari tadi tidak berhenti berbicara sekarang  mulai membisu, keringat yang berubah menjadi dingin mengiringi perjalanannya.

Orang tua Randy yang tidak menyangka dengan kejadian itu sempat shock saat menerima panggilan dari kantor polisi. Mereka berduapun segera menuju ke sana. 
Karena jarak yang lumayan jauh mereka mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, tanpa memikirkan apa akan terjadi di perjalanan. Mereka terus memikirkan Randy, rasa takut sekaligus mengerikan dengan apa yang telah di lakukan oleh anak satu satunya itu. 

Detik detik lampu merah terasa sangat lama sekali bagi mereka berdua, mereka berpikir mungkin Randy sangat ketakutan sekarang, tiba tiba “ted… ted…. Brukrk” terlihat truk besar menabrak mobil orang tua Randy dari belakang dengan kecepatan tinggi sehingga mobil itu meledak seketika.

Bunyi serena Ambulance terdengar amat mengerikan saat itu, orang orang hanya berdiri tegap menyaksikan dengan jelas kejadian itu tidak berani untuk mendekat, orang tua Randy tidak bisa di selamatkan dalam peristiwa mengerikan tersebut.

Mereka yang sudah tidak bernyawa di larikan kerumah sakit, sementara supir truk di larikan kerumah sakit.

 Setelah sampai Randy masuk ruang interogasi, dia mendapatkan beberapa pertanyaan. “Kenapa kamu membunuh orang itu?” pertanyaan pertama dengan nada tinggi langsung to the point, Randy hanya menggelengkan kepalanya bertanda dia menyangkal adanya tuduhan itu, lalu ia menjelaskan dengan penuh percaya diri karena dia tahu bahwa dia tidak bersalah.

“Saat saya melihatnya, korban sudah seperti itu. bahkan saya hendak menolongnya, saya berusaha membantu orang itu untuk bangun tetapi saat saya membantunya darah terus keluar dari kepala korban, saya takut melihatnya dan tanpa sengaja saya melepaskan korban.” jawabnya pelan.

“Saat di TKP kami menemukan saksi mata bahwa kamu telah membunuh korban?” tanyanya lagi kali ini dengan nada pelan, “Dimas? dia teman saya, dia bisa jadi bukti bahwa saya tidak bersalah!” Randy yang sedikit lega, “Tapi saksi itu mengatakan bahwa ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa anda telah membunuhnya.” ujar polisi itu.
Mendengar perkataan itu keluar dari mulut polisi Randy yang tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan sahabatnya sendiri, membuat rasa percaya dirinya yang tinggi menjadi rapuh. “Apa ? tidak, tidak mungkin.” ujarnya yang mulai melemas dan terus menggelengkan kepala.

“Sepertinya dia memang tidak bersalah, terlihat dari mimik wajahnya saat dia menjelaskan dan mendengar bahwa ada saksi mata di TKP ia menyatakan dengan penuh percaya diri lalu melemas seketika saat mendengar bahwa saksi itu melihat kejadiannya langsung di TKP, kemungkinan besar saksi berbohong pada kasus ini, luka yang terdapat di tubuh korban adalah pukulan di kepala dengan menggunakan benda tajam, tetapi alat itu tidak ditemukan di TKP sedangkan saksi dia tidak menyatakan bahwa dia melihat pelaku memukul sang korban, dia hanya mengatakan bahwa saat dia melihat pelaku, dia lari begitu saja tanpa melihat adanya benda tersebut, jadi ada kemungkinan bahwa anak ini tidak melakukannya, seperti yang dia katakan sebelumnya bahwa ia hanya berniat membantu korban makanya sidik jarinya di temukan pada korban saat diotopsi.” Ujar Psikolog yang melihat langsung interogasi itu.

Setelah mendengar pernyataan yang di berikan oleh psikolog bahwa kemungkinan besar Randy tidak melakukan itu dan berbohongnya sang saksi, polisi mulai melanjutkan penyelidikan, karena usia Randy masih 15 tahun ia tidak akan di penjara, mungkin dia hanya akan di berikan peringatan jika ia benar benar bersalah.

Sementara itu ketika Randy selesai melakukan interogasi dia mendapatkan kabar bahwa orang tuanya kecelakaan saat menuju ke kantor polisi, saat mendengar itu kedua lututnya rapuh tak mampu menahannya untuk berdiri, air mata mengalir dengan sendirinya tak berhenti menetes saat mendengar orang tuanya meninggal saat kejadian tersebut.
 Polisipun mengizikan Randy untuk datang menemui keluarganya di rumah sakit.

“Ayah, bangun yah. Ibu, ibu, jangan tinggalin Randy!” kata kata yang keluar dari mulutnya dengan air mata yang tak hentinya menangis.

Saat pemakaman terlihat hanya ada beberapa orang, mungkin orang orang takut karena anaknya adalah seorang pembunuh. Karena peristiwa itu semua orang menjauhi Randy, dari teman sekolahnya, tetangganya bahkan sahabat sahabatnya, Hanya neneknya yang percaya kepada Randy bahwa iya tidak pernah melakukan itu.

“Sabar ya nak, ayah dan ibumu pasti tenang di sana!” ujar nenek melihat Randy yang terus menangis di pemakaman. “Mari nak kita pulang, biarkan orang tua kamu istirahat tenang di sana.” Randy yang terus menundukan kelapanya menuruti perkataan neneknya.

Setelah sampai di rumah terlihat ada 2 orang polisi yang sedang menunggu mereka.
“Permisi bu!” ujar seorang polisi itu. “Iya pak, ada apa ya?” ujar nenek dengan pelan, “Kami dari kepolisian memberikan kabar baik untuk Randy, dalam kasus ini dia dinyatakan tidak bersalah kami mohon maaf sebelumnya.” ujar polisi itu.

Tiba tiba Randy mendorong polisi itu hingga terjatuh “Kalian telah membunuh orang tua saya, pergi kalian!” Teriaknya dengan derai air mata yang mengalir "Sudah nak, ini bukan salah mereka, ini adalah takdir dari tuhan.” ujar nenek menenangkan, nenekpun memeluk Randy dan polisipun meminta maaf kembali dengan penuh menyesal.

*

Sejak kejadian tersebut Randy diasingkan oleh teman temannya walaupun dia dinyatakan tidak bersalah tetapi mereka beranggapan bahwa Randy lah pembunuhnya.

Randy adalah anak yang berprestasi, mempunyai wajah tampan dan aktip di segala bidang terutama ekstrakulikuler tetapi dalam sekejap dia berubah total.

Dia sadar akan hal itu, dia mungkin ingin menyembunyikan identitas aslinya kepada orang orang. Mendengar Dimas pindah dari sekolah karena peristiwa itu. Membuat Randy menutup diri kepada orang orang, karena dia tidak lagi percaya dengan yang namanya persahabatan.

Pada suatu hari, sekolah Randy kedatangan satu murid baru, perempuan yang berasal dari jepang itu bernama Yui Okazaki dia terlihat sangat cantik sehingga menjadi sumber perhatian di sekolah. Walaupun hari ini adalah hari pertamanya di Indonesia, dia sudah pandai berbahasa Indonesia, dia sendiri mengatakan bahwa dia sangat menyukai Bahasa Indonesia.

“Selamat pagi anak anak, Hari ini kita mempunyai siswi baru, dia berasal dari jepang walaupun hari ini hari pertamanya di Indonesia tetapi dia sudah pandai berbahasa Indonesia dan semoga kalian bisa membantunya untuk menyesuaikan di sekolah kita, silahkan perkenalkan diri kamu.” ujar Bu Syifa

“Hallo, selamat pagi. Nama saya Yui Okazaki, kalian bisa panggil saya Yui terimakasih.” ujar Yui dengan nada lembut.

Tiba tiba terdengar “Konnichiwa!” teriak dari salah satu anak cowok. “Itu selamat siang Bego.” balasan dari anak lain. “Sudah sudah, Yui sekarang kamu duduk di sebelah Randy!” Ujar Bu guru melihat Randy yang duduk sendirian.

Yui pun pergi ke arah Randy, dengan wajah yang terus tersenyum ia menatap Randy, tetapi Randy hanya terdiam dengan menundukan kepalanya. “Halo, saya Yui,” Ujarnya sambil menyodorkan tangan. Randy menganggukan kepalanya dan menjabat tangan Yui  “Randy.” tanpa tersenyum ia menoleh ke arahnya.

Bunyi bell terdengar pertanda jam istirahat, Terlihat semua orang pergi ke kantin kecuali Randy.
Tiba tiba ada beberapa anak cowok masuk kedalam kelas melihat Randy yang duduk sendirian dia melemparkan susu kotak ke arah Randy, Hampir saja susu kotak itu mengenai dirinya “Sial gak kena, Siapa yang bisa kenai si pembunuh itu saya kasih 50 Rb!” Ujar Ramon dengan membeberkan uang.
Anak anakpun mulai melempar susu kotaknya ke arah Randy, Randy hanya menundukan kepalanya karena jika dia melawan suasana akan semakin rumit dan mungkin dia bisa dikeluarkan.

Tiba tiba Yui datang dan lari menghampiri Randy sehingga susu kotak itu tidak mengenai Randy melainkan membasahi seluruh tubuh Yui, melihat itu Randy kaget melihat kearah Yui yang melindunginya. “Kamu gila ya?”ujar Randy yang berdiri dan mencoba melindungi Yui dari susu kotak itu.

Anak anak yang terus melempari mereka dengan susu kotak mulai heran kenapa Yui melindungi si pembunuh itu. “Hei, anak baru, ngapain? Oh, mau jadi pahlawan?” teriak Ramon sambil melemparkan susu yang berusaha mengenai Yui.

Randy memeluk Yui dan berusaha melindunginya, terlihat Yui yang memejamkan mata karena ketakutan.

Tiba tiba guru datang, “Hei apa apaan ini?” ujar guru tersebut, gerombolan siswa itupun bubar “Ramon ikut keruangan saya. dan Randy, Yui bersihkan seragam kalian” Ujar Guru itu.
“Sial” ujar Ramon.

Randypun menarik tangan Yui “Kamu gak papa?” ujar Randy, dia hanya menggelengkan kepalanya, “Kenapa, Kenapa kamu lakuin itu? saya sudah biasa di perlakukan seperti ini,” tutur Randy, “Kenapa mereka jahat sama kamu? Kamu teman saya, jadi saya ingin melindungi kamu.” ujarnya yang menatap kearah Randy.

“Apa? Teman.” ujar Randy lalu diapun pergi meninggalkan Yui. “Randy, kenapa? Apa kamu tidak mau berteman dengan saya? Saya ingin menjadi temanmu.” teriak Yui yang melihat Randy pergi.




0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Blogroll

Back to Top

Popular Posts